4. SUSUNAN PADUAN
4.1
Definisi
Suatu
paduan (alloy) adalah campuran bahan
yang memiliki sifat-sifat logam, terdiri dari dua atau lebih komponen (unsur),
dan sedikitnya satu komponen utamanya adalah logam.
Suatu
sistem paduan adalah suatu sistem
yang terdiri dari semua paduan yang dapat terbentuk dari beberapa unsur dengan
semua macam komposisi yang mungkin dapat dibuat.
Paduan
dapat diklasifikasikan menurut sturkturnya dan sistem paduan diklasifikasikan
menurut Diagram Keseimbangannya (Diagram fasenya) .
Suatu
paduan dapat berupa susunan yang homogen atau campuran (mixture).
Jika berupa susunan yang homogen paduan akan terdiri dari satu fase tunggal dan
bila berupa campran paduan akan terdiri dari beberapa fase.
Fase
(phase) adalah bagian dari material, yang homogen komposisi kimia dan
strukturnya, dapat dibedakan secara fisik, dapat dipisahkan secara mekanik dari
bagian lain material itu. Suatu fase dapat dibedakan dari fase lain dengan
melihat keadaan fisiknya, ada fase gas, cair, dan padat. Bagian material dengan
komposisi kimia yang berbeda dikatakan sebagai fase yang berbeda. Struktur
lattice juga membedakan satu fase dengan fase lain. Logam yang memiliki sifat
allotropi misalnya, setiap bentuk allotropinya merupakan fase tersendiri,
walaupun komposisi kimia dan keadaan fisiknya sama.
Pada
paduan dalam keadaan padat ada tiga kemungkinan macam fase, yaitu sebagai :
1.
Logam murni
2.
Compound (senyawa)
3.
Larutan padat (solid solution)
Suatu
paduan dalam keadaan padat, jika homogen, maka ia hanya mungkin berupa larutan
padat atau berupa senyawa. Bila paduan itu merupakan mixture maka ia dapat
terdiri dari kombinasi dari fase-fase yang mungkin terjadi pada keadaan padat
di atas, mungkin berupa kombinasi dua logam murni, atau dua larutan padat, atau
larutan padat dan senyawa, dan sebagainya.
4.2.
Logam murni
Pada
kondisi ekuilibrium suatu logam murni akan mengalami perubahan fase pada suatu
temperatur tertentu, perubahan fase dari padat ke cair akan terjadi pada
temperatur tertentu, dinamakan titik cair, dan perubahan ini berlangsung pada
temperatur yang tetap hingga seluruh perubahan selesai (lihat kurva pendinginan
pada gambar 4.1). demikian juga halnya dengan perubahan fase yang lain (bila
ada), berlangsung pada suatu temperatur konstan tertentu.
4.3.
Compound
Compound
atau senyawa adalah gabungan dari beberapa unsur dengan perbandingan tertentu
yang tetap. Compound memiliki sifat dan struktur yang sama sekali berbeda dari
unsur-unsur pembentuknya. Compound juga memiliki titik lebur/beku tertentu yang
tetap, seperti halnya pada logam murni.
Ada
tiga macam compound yang sering dijumpai yaitu :
1.
Intermetallic compound, biasanya terbentuk
dari logam-logam yang sifat kimianya sangat berbeda dan kombinasinya mengikuti
aturan valensi kimia. Ikatan atom-atomnya sangat kuat (ionik atau kovalen),
sehingga sifatnya seperti non-metal, keuletan rendah, konduktifitas listrik
juga rendah dan struktur kristalnya kompleks.
Contoh : CaSe, Mg2Pb, Mg2Sn, Cu2Se.
2.
Interstitial compound, biasanya terbentuk dari
logam-logam transisi seperti Scandium (Sc), Titanium (Ti), Tantalum (Ta),
Wolfram (W) dan besi (Fe) dengan Hidrogen (H), Oksigen (O), Carbon (C), Boron
(B) dan Nitrogen (N). Kelima unsur ini diameter atomnya sangat kecil sehingga
dapat masuk ke dalam lattice kristla logam di atas secara interstitial. Senyawa
interstitial bersifat metalik, komposisi kimia mungkin dapat bervariasi dalam
daerah yang sempit, titik leburnya tinggi dan sangat keras.
Contoh : Fe3C, TiC, TaC, W2C, Fe4N, CrN, TiH.
3.
Electron compound, senyawa ini dapat terbentuk
di antara logam-logam Tembaga (Cu), Emas (Au), Perak (Ag), Besi (Fe) dan Nickel
(Ni) dengan logam-logam Cadmium (Cd), Magnesium (Mg), Timah putih (Sn), Seng
(Zn) dan Aluminium (Al). Senyawa ini terjadi dengan kompossi kimia sedemikian rupa
sehingga mendekati perbandingan jumlah-elektron-valensi dengan jumlah-atom yang
tertentu.
Contoh dapat dilihat pada Tabel 4.1. di bawah.
Tabel 4.1 Examples of Electron Compounds
ELECTRON-ATOM
RATIO 3:2
(BCC STRUCTURE)
|
ELECTRON-ATOM
RATIO 21:13
(COMPLEX CUBIC)
|
ELECTRON-ATOM
RATIO 7:4
(CPH STRUCTURE)
|
AgCd
AgZn
Cu2Al
AuMg
FeAl
Cu2Sn
|
Ag2Cd3
Cu2Al3
Cu3Sn4
AuZn
FeZn
Cu2Zn
|
AgCd3
Ag2Al3
AuZn3
Cu3Si
FeZn2
Ag3Sn
|
4.4.
Solid solution (larutan padat)
Suatu
larutan terdiri dari dua bagian yaitu solute
(terlarut) dan solvent (pelarut).
Solute merupakan bagian yang lebih sedikit, sedang solvent adalah bagian yang
lebih banyak.
Biasanya
jumlah solute yang dilarutkan oleh solvent merupakan fungsi temperatur, makin
meningkat dengan naiknya temperatur. Ada tiga kemungkinan kondisi larutan yaitu
tidak jenuh (unsaturated), jenuh (saturated) dan lewat jenuh (supersaturated).
Larutan dikatakan tidak jenuh bila jumlah solute yang terlarut masih di bawah
jumlah yang mampu dilarutkan oleh solvent pada temperatur dan tekanan yang
dimaksud. Jika jumlah solute yang larut tepat mencapai batas kelarutannya dalam
solvent, dikatakan sebagai larutan jenuh. Larutan lewat jenuh terjadi bila
jumlah solute yang larut telah melampaui batas kelarutannya pada temperatur dan
tekanan tersebut.
Dalam
keadaan lewat jenuh ini larutan berada dalam kondisi tidak ekuilibrium, ia
tidak stabil. Dalam jangka waktu lama atau dengan penambahan sedikit energi
saja cenderung akan menjadi stabil, mencapai ekuilibrium, dengan terjadinya
pengendapan/pemisahan solute, sehingga larutan menjadi larutan jenuh.
Suatu
solid solution (larutan padat) adalah
larutan dalam keadaan padat, terdiri dari dua atau lebih jenis atom yang
berkombinasi dalam satu jenis space lattice. Biasanya kelarutan (solubility)
dalam keadaan padat jauh lebih rendah daripada kelarutan pada keadaan cair.
Larutan
padat mempunyai titik beku yang berbeda dari titik beku solvent yang murni.
Pada umunya larutan tidak membeku pada satu temperatur tertentu, tetapi
pembekuan terjadi pada suatu daerah temperatur tertentu (range of temperature).
Pembekuanya tidak terjadi pada temperatur konstan, pembekuan berlangsung
bersamaan dengan penurunan temperatur (lihat gambar 4.2).
Dari
gambar di atas tampak bahwa pembekuan suatu larutan 50% Sb, 50% Bi terjadi pada
temperatur yang lebih rendah daripada beku antimon (1770 8F) dan lebih tinggi daripada
titik beku bismuth (520 8F). Larutan mulai membeku pada 940 8F dan selesai pada temperatur
660 8F.
Ada
dua jenis larutan padat yaitu larutan
padat substitusional (substitutional solid solution) dan larutan padat interstisial (interstitial
solid solution).
4.4.1.
Larutan padat substitusional
Pada
larutan padat jenis ini atom solute menggantikan tempat (substitusi) atom
solvent dalam struktur lattice solvent. Keseluruhan sistem akan merupakan seri
yang kontinyu dari larutan padat, semua komposisi akan selalu merupakan larutan
padat.
Pada
alloy system ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan, yaitu :
1.
Crystal structure factor. Complete solid
solubility, kemampuan membentuk larutan padat dengan segala komposisi
(kelarut-padatan lengkap), tidak akan terjadi bila kedua unsurnya, solute dan
solvent, struktur kristalnya tidak sama. Jadi pada substitutional solid
soulution kedua unsurnya harus memiliki struktur kristal sama.
2.
Relative size factor. Terbentuknya suatu
larutan padat akan mudah terjadi bila perbedaan diameter atom tidak terlalu
besar, tidak lebih dari 15%. Bila perbedaan ini lebih dari 15% maka
kelart-padatannya (solid solubility) akan sangat terbatas. Misalnya timah hitam
dengan perak yang memiliki perbedaan diameter atom 20%, maka kelarut-padatan
timah hitam pada perak hanya sekitar 1,5%, sedang kelarut-padatan perak dalam
timah hitam malah hanya 0,1%.
Antimon dan bismuth dapat saling
melarutkan pada segala komposisi, kelarut-padatannya tidak terbatas, karena
perbedaan diameter atom hanya 7% dan struktur krsitalnya sama, (rhombohedral).
Sedang kelarutan antimon dalam aluminium (fcc), dengan perbedaan diameter atom
2%, hanya 0,1%, karena struktur kristalnya tidak sama.
3.
Chemical affinity factor. Makin besar chemical
affinity antara dua logam makin kecil kemungkinannya membentuk suatu larutan
padat lebih cenderung akan terjadi senyawa. Biasanya makin jauh jarak antara
dua unsur dalam Tabel Periodik makin besar pula chemical affinity antara
keduanya.
4.
Relative-valence factor. Bila solute metal
memiliki valensi berbeda dari solvent maka jumlah elektron valensi per atom,
disebut juga electron ratio akan berubah. Dan struktur kristal lebih peka
terhadap penurunan electron ratio daripada terhadap kenaikan electron ratio.
Jadi dengan kata lain logam bervalensi lebih rendah dapat melarutkan lebih
banyak logam bervalensi lebih tinggi daripada sebaliknya. Misalnya dalam sistem
paduan aluminium-nickel, keduanya fcc, relative size factor 14%. Aluminium
bervalensi lebih tinggi, kelarutannya dalam nickel dapat mencapai 5%, tetapi
aluminium hanya mampu melarutkan hanya 0,04% nickel.
Dengan memperhatikan keempat faktor di atas akan dapat ditentukan
estimasi kelarutan suatu logam dalam logam lain. Perlu diperhatikan bahwa
dengan relative size factor yang kurang menguntungkan saja dapat dipastikan
bahwa kelarutan akan sangat terbatas. Bila relative size factor menguntungkan
barulah ketiga faktor lain akan ikut menentukan derajat kelarutan suatu logam
dalam logam lain.
4.3.2. Interstitial solid
solution
Larutan ini terbentuk bila atom denagn diameter yang sanagt kecil dapat
masuk (menyisip) di rongga antaratom dalam struktur lattice dari solvent dengan
diameter atom yang besar. Karena celah (rongga) antar atom dalam suatu struktur
lattice sangat kecil maka hanya atom yang sangat kecil, dengan radius kurang
dari satu Angstrom, yang dapat menyisip dan membentuk larutan padat
interstisial. Atom tersebut adalah hidrogen (0,46 A), boron (0,97), carbon
(0,71) dan oksigen (0,60).
Larutan padat interstisial biasanya mempunyai kelart-padatan sangat
terbatas, dan biasnya juga tidak penting, kecuali larutan padat karbon dalam
besi, yang sangat banyak mempengaruhi struktur dan sifat baja.
Larutan padat, interstisial maupun substitusional mempunyai struktur
lattice yang terdistorsi, terutama di sekitar tempat solute atom.
Gambar
4.3. Schematic representation of both types of solid solutions (a)
Substituonal (b) Interstitial
Distorsi ini akan mengganggu gerakan dislokasi pada bidang slip dan
karenanya adanya solute atom akan menaikkan kekuatan suatu paduan. Hal ini
merupakan salah satu dasar penguatan logam dengan pemaduan.
Berbeda dengan intermetallic dan interstitial compound, larutan padat
mudah dipisahkan.diuraikan, mencair pada daerah temperatur tertentu, sifatnya
dipengaruhi oleh sifat solvent dan solute, komposisinya dapat bervariasi sangat
luas, sehingga tidak dapat dinyatakan dengan suatu rumus kimia.
Pada skema di bawah dapat dilihat bagaimana kemungkinan struktur suatu
paduan. Dan perlu diingat bahwa dalam suatu paduan seringkali strukturnya
merupakan kombinasi dari beberapa fase.
Gambar
4.4 Possible alloy structures
Soal
essay :
1.
Sebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi kelarutan pada alloy system ?
2.
Sebutkan dan jelaskan apa saja
larutan yang ada di Solit solution ?
Jawaban
:
a.
Crystal structure factor. Complete solid
solubility, kemampuan membentuk larutan padat dengan segala komposisi
(kelarut-padatan lengkap), tidak akan terjadi bila kedua unsurnya, solute dan
solvent, struktur kristalnya tidak sama. Jadi pada substitutional solid
soulution kedua unsurnya harus memiliki struktur kristal sama.
b.
Relative size factor. Terbentuknya suatu
larutan padat akan mudah terjadi bila perbedaan diameter atom tidak terlalu
besar, tidak lebih dari 15%. Bila perbedaan ini lebih dari 15% maka
kelart-padatannya (solid solubility) akan sangat terbatas. Misalnya timah hitam
dengan perak yang memiliki perbedaan diameter atom 20%, maka kelarut-padatan
timah hitam pada perak hanya sekitar 1,5%, sedang kelarut-padatan perak dalam
timah hitam malah hanya 0,1%.
Antimon dan bismuth dapat saling
melarutkan pada segala komposisi, kelarut-padatannya tidak terbatas, karena
perbedaan diameter atom hanya 7% dan struktur krsitalnya sama, (rhombohedral).
Sedang kelarutan antimon dalam aluminium (fcc), dengan perbedaan diameter atom
2%, hanya 0,1%, karena struktur kristalnya tidak sama.
c.
Chemical affinity factor. Makin besar chemical
affinity antara dua logam makin kecil kemungkinannya membentuk suatu larutan
padat lebih cenderung akan terjadi senyawa. Biasanya makin jauh jarak antara
dua unsur dalam Tabel Periodik makin besar pula chemical affinity antara keduanya.
d.
Relative-valence factor. Bila solute metal
memiliki valensi berbeda dari solvent maka jumlah elektron valensi per atom,
disebut juga electron ratio akan berubah. Dan struktur kristal lebih peka
terhadap penurunan electron ratio daripada terhadap kenaikan electron ratio.
Jadi dengan kata lain logam bervalensi lebih rendah dapat melarutkan lebih
banyak logam bervalensi lebih tinggi daripada sebaliknya. Misalnya dalam sistem
paduan aluminium-nickel, keduanya fcc, relative size factor 14%. Aluminium
bervalensi lebih tinggi, kelarutannya dalam nickel dapat mencapai 5%, tetapi
aluminium hanya mampu melarutkan hanya 0,04% nickel.
- Suatu larutan terdiri dari dua bagian yaitu solute (terlarut) dan solvent (pelarut). Solute merupakan bagian yang lebih sedikit, sedang solvent adalah bagian yang lebih banyak. Biasanya jumlah solute yang dilarutkan oleh solvent merupakan fungsi temperatur, makin meningkat dengan naiknya temperatur. Ada tiga kemungkinan kondisi larutan yaitu tidak jenuh (unsaturated), jenuh (saturated) dan lewat jenuh (supersaturated). Larutan dikatakan tidak jenuh bila jumlah solute yang terlarut masih di bawah jumlah yang mampu dilarutkan oleh solvent pada temperatur dan tekanan yang dimaksud. Jika jumlah solute yang larut tepat mencapai batas kelarutannya dalam solvent, dikatakan sebagai larutan jenuh. Larutan lewat jenuh terjadi bila jumlah solute yang larut telah melampaui batas kelarutannya pada temperatur dan tekanan tersebut.
Soal Pilihan ganda ilmu bahan :
1.
Suatu coumpound yang mempunyai
sifat non-metal, keuletan rendah, konduktifitas listrik juga rendah dan
struktur kristalnya kompleks disebut ?
A.
Interstitial compound C. Elektron compound
B.
Intermetallic compound
D. 1,2,3 benar semua
2.
Semakin besar chemical affinity
antara dua logam makin kecil kemungkinannya membentuk suatu larutan padat lebih
cenderung akan terjadi senyawa, disebut ?
A.
Crystal Structure factor C. Chemical
affinity factor
B.
Relative size factor D. Relative-valence factor
3.
pada gambar di samping yang menunjukkan type solid solution
Interstitial adalah ?
A.
A C. A dan B benar
B.
B D. A dan B salah
4.
Eloktron apa yang menunjukkan dari
strukture B.C.C ?
A.
AgCd dan AgZn C. AgCd3 dan FeAl
B. AgCd dan Ag2Cd3 D. Cu2Al dan AuMg
5.
Suatu Solid Solution (larutan
padat) apabila ?
A. Jumlah solute yang dilarutkan meningkat.
B. Larutan padat yang terdiri dari dua atau lebih atom
yang berkombinasi.
C. Memiliki Valensi yang berbeda
D. 1,2,3 Benar semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar